MAKALAH
DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN
MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN SOLUSINYA
RENDAHNYA PRESTASI
BELAJAR PESERTA DIDIK DI
INDONESIA DAN SOLUSI MENGATASINYA
Dosen
Pengampu : Meta Eka Setyana S.Pd.B.,M.Pd
Disusun oleh :
Asmawati
SEKOLAH
TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA
(STIAB) JINARAKKHITA
BANDAR
LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Namo Sanghyang Adi Buddhaya
Namo Buddhaya Bodhisattvaya Mahasattvaya
Terpujilah Sanghyang Adi Buddha Tuhan Yang Maha Esa, Sang
Tri Ratna, serta Boddhisatva-Mahasatva karena berkat pancaran cinta kasih yang
tanpa batas serta karma baik yang penyusun miliki, akhirnya penyusun mampu
menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentang “Masalah Pendidikan di Indonesia tentang Rendahnya Prestasi Belajar Peseta Didik Di Indonesia ” pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca selalu penyusun terima demi perbaikan dalam
penyusunan makalah di kedepannya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak terutama mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha
(STIAB) Jinarakkhita Bandar Lampung.
Bandar Lampung, 10
januari 2015
Penulis
BAB II
LANDASAN TEORI
Sebelum kita membahas mengenai permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia , sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan
mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dengan cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh
Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang
progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan
pengertian pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak
boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan
hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras
dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)
Dari etimologi dan analisis
pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan
pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani,
dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya.
Hasil dari pendidikan
tersebut yang jelas adalah adanya perubahan pada subyek-subyek pendidikan itu sendiri. Katakanlah dengan bahasa
yang sederhana demikian, ada perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah
proses pendidikan itu tentu saja tidak
sesempit itu. Karena perubahan-perubahan itu menyangkut aspek perkembangan
jasmani dan rohani juga.
Setelah kita mengetahui definisi
pendidikan yang didalamnya mencakup adanya tujuan dan fungsi pendidikan itu
sendiri, kita juga harus mengetahui adanya permasalah-permasalah yang terjadi
di Indonesia yang selama ini mempengaruhi proses pendidikan dan menjadi penghambat akan tercapainya tujuan
pendidikan yang termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945.
Masalah-masalah pendidikan adalah
segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri. Masalah-masalah
belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan
kegiatan yang dinamis, sehingga perlu
secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Masalah-masalah belajar baik internal maupun eksternal dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
Masalah-masalah belajar baik internal maupun eksternal dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
Kesulitan belajar siswa mencakup
pengertian yang luas, diantaranya :
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya
2. Learning
Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau
gangguan psikologis lainnya.
3. Under
Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah.
4. Slow
Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan sekelompok
siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Masalah Mendasar Pendidikan di Indonesia
Bagi orang-orang yang berkompeten dan teliti terhadap bidang
pendidikan,
mereka akan menyadari bahwa dunia pendidikan
di Indonesia sampai saat ini belum
sepenuhnya mampu dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Dunia pendidikan
belum mengalami perubahan yang baik dalam upaya pembangunan negeri untuk
yang lebih baik dan maju walaupun sebenarnya Indonesia sudah memiliki sistem
pendidikan yang jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain di dunia. Hal ini disebabkan karena pendidikan
yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia seutuhnya, tetapi
dalam kenyataannya seringkali tidak begitu. Seringkali pendidikan
tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem
pendidikan yang ada.
Masalah pertama khususnya di
Indonesia adalah bahwa pendidik hanya
menuntut siswa untuk mengikuti kurikulum dan pencapaian material pembelajaran
tanpa memperhatikan bakat dan pendidikan yang dibutuhkan siswanya. Dikatakan demikian karena pendidikan
yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang
seimbang antara bakat atau potensi dan kebutuhan peserta
didik dengan apa yang mereka dapatkan selama menempuh pendidikan. Jadi unsur
integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal
belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang
yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti
mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal
yang sering disinyalir ialah pendidikan
seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid.
Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai. Kata “siap pakai” di sini berarti menghasilkan
tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri
dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa
dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung
industri. Itu berarti, lembaga pendidikan
diharapkan mampu menjadi lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen
dengan kualitas tertentu yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru
disambut dengan antusias oleh banyak lembaga pendidikan.
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau
kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika
Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena para
peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru
sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid untuk menghafal secara mekanis
apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid sebagai yang
diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit box, dimana pengetahuan dari
guru ditransfer kedalam otak murid dan bila sewaktu-waktu diperlukan,
pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa saja yang
disampaikan guru.
Jadi hubungannya adalah guru sebagai
subyek dan murid sebagai obyek. Model pendidikan
ini tidak membebaskan karena sangat menindas para murid. Freire mengatakan
bahwa dalam pendidikan gaya bank pengetahuan
merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya
berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan apa-apa
Masalah-masalah itulah yang
selama ini mendasari permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia,
permasalahan yang selama ini membuat rendahnya prestasi peserta didik karena
apa yang mereka dapatkan dan mereka miliki dalam dirinya tidak seimbang. Mereka
menjalankan kegiatan belajar semata-mata bukan untuk mengembangkan potensi yang
mereka miliki dan memperoleh pendidikan sebagai haknya tetapi mereka hanya
memenuhi kewajiban sebagai anak bangsa yang harus menjalankan pendidikan dan
harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh pihak diluar dirinya.
B.
Kualitas Pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini belum dapat dikatakan baik, dapat
dikatakan demikian karena berdasarkan Survey United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia
Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk
kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
- Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Daerah, dan juga sekolah
yang berada di garis depan. Dalam hal ini, interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar
pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
- Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya. Dimana masyarakat merupakan
ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek
dari pendidikan.
D. Rendahnya
Prestasi Belajar Peserta Didik Di
Indonesia
Dengan mengetahui keadaan masalah yang mendasari terhambatnya tujuan pendidikan yang ada di
Indonesia, pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan dan masih berada diposisi rendah. Sebagai misal pencapaian prestasi
fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa
Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi
matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam
hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai
negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September
2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah
mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh
dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam
laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara.
Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada
jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut
Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the
Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa
keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah.
Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura),
65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya
mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali
menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin
karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third
International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999)
memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2
Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam
dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia
Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas
terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan
ke-75.
E. Faktor Yang Mempengaruhi
Rendahnya Prestasi Belajar Peserta Didik Di Indonesia
Menurut Slameto (2003)
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua
faktor yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor
eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari
kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan,
kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Mudzakir dan Sutrisno (1997)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara
lebih rinci, yaitu:
a.
Faktor Internal (Faktor Dari Dalam Diri Manusia)
Faktor ini meliputi:
1. Faktor fisiologi (yang
bersifat fisik) yang meliputi:
a) Karena
sakit
b) Karena
cacat tubuh/fisik
2. Faktor psikologi (faktor yang
bersifat rohani) meliputi:
a)
Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ
yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110 - 140 dapat digolongkan
cerdas, dan yang memiliki IQ 140 ke atas tergolong jenius. Golongan ini
mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah
yang banyak mengalami kesulitan belajar.
b) Bakat
Bakat adalah potensi atau
kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang
berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan
bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan
bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal
tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau
pelajaran sehingga nialinya rendah.
c)
Minat
Tidak adanya minat seorang anak
terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada
minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya,
tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada
tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti
pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses
pembelajaran.
d)
Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam
(batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin
besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar
motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat
membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang
motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak
tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran.
Akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar.
e) Faktor
kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya
menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan
emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik.
Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik
demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang.
Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu
di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan,
seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan,
dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa
masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.
b.
Faktor Eksternal (Faktor Dari Luar Diri Manusia)
Faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari luar diri seseorang, faktor ini meliputi :
1.
Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan pusat
pendidikan yang utama dan pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain:
a.
Perhatian Orang Tua
Dalam lingkungan keluarga setiap
individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi
belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang siswa
dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan
dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.
b.
Keadaan Ekonomi Orang Tua
Keadaan ekonomi keluarga juga
mempengaruhi prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri
dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang keadaan
ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya
siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang
tinggi.
c.
Hubungan Antara Anggota Keluarga
Dalam keluarga harus terjadi
hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang
harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan
ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga
prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
2.
Lingkungan Sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara
lain :
a a.
Guru
b
b. Faktor alat
c. Kondisi gedung
3. Faktor mass media dan lingkungan sosial (masyarakat)
a a)
Faktor mass media meliputi ;
bioskop, tv, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada di sekeliling kita.
Hal-hal itu yang akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang
dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.
b b)
Lingkungan sosial
Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang
tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang
dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.
Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila
terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila
lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat
berpengaruh bagi anak.
Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran
orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar
belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.
F.
Solusi Dalam Mengatasi Rendahnya Prestasi Belajar Peserta Didik Di Indonesia
Setelah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masalah rendahnya prestasi belajar peserta didik di Indonesia, kita dapat
memberikan solusi sesuai dengan faktor penyebabnya. Solusi yang sekiranya mampu
untuk membawa perubahan prestasi belajar peserta didik di Indonesia menjadi
lebih baik dan mampu menjadi generasi penerus bangsa dalam upaya pembangunan
negeri, generasi yang mampu berdaya saing dalam dunia pendidikan internasional
dan membawa harum nama baik Indonesia.
Dalam upaya mengatasi masalah-masalah yang terjadi, salah satunya adalah
rendahnya prestasi belajar peserta didik di Indonesia, secara garis besar
dibagi menjadi dua solusi, yaitu:
a.
Solusi sistimik, yakni solusi
dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pelaksanaan pendidikan. Sudah diketahui bahwa
sistem pelaksaan pendidikan di Indonesia saat ini masih menggunakan sistem pencapaian material
dalam periode pembelajaran. Selain itu banyaknya para peserta didik yang belum
diberikan kesempatan dalam upaya mengembangkan potensi yang ada didalam
dirinya, masih banyak peserta didik yang dianggap tidak mengetahui apa-apa oleh
para pendidik. Jadi dengan demikian, solusi yang dapat dilakukan adalah pengubahan
dengan tidak lagi melaksanakan sistem-sistem pelasanaan yang demikian, karena pada
dasarnya pelaksanaan tersebut justru membuat rendahnya prestasi belajar para
peserta didik di Indonesia. Sistem-sistem pelaksanaan dapat dilakukan dengan
cara melakukan pembinaan dan bimbingan yang mengutamakan kemampuan peserta
didik, yakni dpemenuhan kebutuhan pendidikan
yang sesuai dengan potensi aatau bakat yang dimiliki peserta didik.
b.
Solusi teknisi, yakni solusi
yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan faktor penyebab permasalahan pendidikan. Misalnya untuk
menyelesaikan masalah tentang rendahnya prestasi
belajar peserta didik di Indonesia.
Adapun solusi teknisi untuk mengatasi hal-hal yang
berkaitan langsung dengan masalah pendidikan di Indonesia, diantaranya :
a) Solusi Teknis Untuk Faktor Internal
-Fisiologis
(Sakit/Mempunyai Penyakit Tertentu Dan Cacat Fisik)
Upaya dalam mengatasi masalah rendahnya prestasi
belajar yang disebabkan karena peserta didik menderita sakit atau peserta didik
yang mengidap penyakit tertentu adalah, peserta didik diberikan suatu bimbingan
dan pembinaan dalam kegiatan belajar
secara bertahap dan perlahan sesuai
dengan kemampuan fisik yang dimilikinya. Jangan sampai peserta didik yang
menderita penyakit tertentu tersebut dipaksa untuk berpikir secara keras seperti
halnya peserta didik yang dalam keadaan sehat. Sedangkan untuk peserta didik
yang mengalami cacat fisik, pemerintah memberikan pendidik khusus dan
memberikan pembinaan serta perhatian yang intensif dengan menyediakan lembaga pendidikan khusus (contoh:
Sekolah Luar Biasa) untuk menampung aspirasi peserta didik yang menderita cacat
fisik guna untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik yang
mengalami cacat fisik .
-Psikologis
(Intelegensi, Bakat, Minat, Motivasi Kesehatan Mental)
Untuk mengatasi masalah karena faktor internal dan
merupakan masalah yang berasal dari psikologis khususnya dalam hal perbedaan
intelegensi peserta didik adalah, sebagai pendidik seharusnya memisahkan antara
peserta didik yang mempunyai IQ tinggi dan rendah. Artinya dibuat kelas-kelas
interval sesuai dengan IQ yang dimiliki peserta didik. Karena jika peserta
didik yang berIQ tinggi dan rendah digabungkan maka akan terjadi kesenjangan,
hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik keduanya.
Pendidik selayaknya dalam memberikan pengajaran harus
disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Memberikan
pengarahan dan pembinaan yang berkesinambungan dan selalu memberikan motivasi
positif terhadap peserta didik agar peserta didik selalu mempunyai stimulus
penyemangan dalam proses menempuh pendidikan.
Solusi untuk mengatasi peserta didik yang mengalami
cacat mental adalah dengan memberikan pendidikan khusus, terapi psikologi dan
pembinaan melalui motivasi-motivasi dan dorongan-dorongan yang berguna dalam
upaya membangun mental peserta didik untuk menjadi lebih baik.
b) Solusi Teknis Untuk Faktor Eksternal
-Lingkungan Keluarga (Kuangnya Perhatian Orang Tua, Keadaan Ekonomi Dan
Hubungan Antar Anggota Keluarga)
Upaya untuk mengatasi masalah atau solusi terhadap
rendahnya prestasi belajar yang timbul karena faktor eksternal terutama dalam
hal kurangnya perhatian dari orang tua dan kurangnya keharmonisan antar anggota
keluarga, yakni yang dapat dilakukan adalah sebagai orang tua atau anggota
keluarga seharusnya selalu memberikan dukungan penuh terhadap minat dan bakat
yang dimiliki anak atau anggota keluarganya karena dukungan orang tua dan keluarga sangat
berpengaruh terhadap pola belajar anaknya, banyak orang dapat berhasil atau
sukses karena mereka banyak mendapatkan dorongan penuh dari orang tua dan
keluarga. Sedangkan untuk pendidik solusinya dengan memberikan pengarahan
pemahaman agar peserta didik tidak merasa putus asa dan tidak menyerah dalam
menempuh pendidikan walaupun peserta didik tidak mendapatkan perhatian penuh
dari orang tua dan anggota keluarganya. Solusi untuk peserta didik adalah
peserta didik harus selalu mempunyai keyakinan semangat yang mandiri dalam
upaya pengembangan potensi yang dimilkinya.
Keadaan ekonomi juga berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik, karena banyak peserta didik yang merasa minder karena keadaan
ekonomi keluarganya sehingga peserta didik tidak terfokus terhadap proses
belajarnya. Untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar karena keadaan ekonomi
adalah pendidik memberikan pemahaman bahwa ekonomi bukanlah penetu dari
keberhasilan belajar dan belajar keraslah yang harus dikembangan dan.
Pemerintah selayaknya selalu membuat program biasiswa prestasi yang sesuai untuk
memicu semangat peserta didik dalam menaikkan prestasinya. Sedangkan untuk
peserta didik solusinya adalah memanfaatkan beasiswa prestasi yang ada dengan
cara belajar keras agar prestasi belajar tidak menurun dan pendidikan tidak
terhambat karena keadaan ekonomi keluarga.
-Lingkungan
Sekolah (Guru tidak profesional, Sarana Dan Prasarana yang tidak Memadai)
Dalam mengatasi masalah yang berkenaan dengan guru
yang tidak profesional, pihak dominan dalam upaya mengatasi masalah atau yang
melaksaakan solusi adalah pemerintah.
Adapun solusinya yakni dengan menciptakan guru-guru yang profesional dan menempatkan guru-guru tersebut kelembaga
pendidikan yang sesuai dengan keahliannya. sadangkan mengenai sarana dan
prasarana, selayaknya pemerintah mengupayakan untuk melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh peserta didik dengan cara memeratakan bantuan
terhadap lembaga pendidikan yang sarana dan prasarananya belum memadai.
Sedangkan solusi yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik adalah dengan
cara mengembangkan kekreatifitasan mereka dalam peningkatan prestasi walaupun
dalam keadaan yang belum memadai. Jangan sampai terpaku dengan sarana dan
prasarana yang kurang memadai, semangat belajar menjadi tidak maksimal.
Selain itu, religiusitas dan
kebermaknaan hidup secara tidak langsung juga terkait karena hal itu bisa membuat manusia
mengetahui sejauh mana mereka bisa menghargai hidup dan memanfaatkan hidupnya
dengan berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran agamanya. Secara tidak
langsung agama dapat menjadikan seseorang sadar akan makna hidup dan bagaimana
mereka untuk berbuat lebih baik untuk masa depan hidupnya dalam meraih
prestasi. Seorang religius adalah individu yang mengerti akan hidup dan kehidupan
secara lebih dalam arti lahiriah semata, yang bergerak dari dimensi vertikal
kehidupan dan mentransenden hidup ini (Rini Lestari dan Purwati, 2002).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih banyak
mengalami hambatan dalam pelaksanaannya akibat adanya masalah-masalah yang
selama ini mendasari permasalah pendidikan yang ada di indonesia. Permasalahan
yang mendasari selama ini adalah kurang seimbangnya antara sistem pelaksanaan,
pendidikan yang belum sesuai kebutuhan dan hasil yang diperoleh peserta didik
karena adanya sistem pelaksanaan pendidikan
yang hanya memenuhi pencapaian material dan bukan pemenuhan kebutuhan
yang sebenarnya dibutuhkan peserta didik dalam upaya mengembangkan potensi yang
dimilki oleh peserta didik itu sendiri.
Masalah yang
mendasari lainnya adalah bahwa peserta didik sering kali dianggap tidak mengetahui apa-apa dan dituntut untuk menampung apa yang
diberikan tanpa memberikan ruang bebas kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemapuannya.
Kualitas
pendidikan di Indonesia juga masih tergolong rendah karena belum sepenuhnya
mampu dalam upaya membangun kualitas pendidikan yang lebih baik.
Faktor yang
mempengaruhi rendahnya prestasi belajar peserta didik di Indonesia dibagi
menjadi dua faktor yaitu faktor internal yang meliputi faktor fisiologi (sakit
atau cacat fisik), psikologi (intelegensi/IQ, bakat, minat, motivasi dan
kesehatan mental). Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga
(perhatian orang tua, keadaan ekonomi orang tua dan hubungan antara anggota
keluarga), lingkungan sekolah (kualitas guru, sarana dan prasarana), lingkungan
sosial dan mass media.
Dalam upaya
mengatasi permasalahan yang selama ini menjadi penyebab rendahnya prestasi
belajar peserta didik di Indonesia, solusi yang dapat dilakukan dibagi menjadi
dua. Solusi pertama adalah solusi sistimik, yakni solusi
dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pelaksanaan pendidikan. Sedangkan
solusi kedua adalah solusi teknisi, yakni solusi yang menyangkut hal-hal
teknis yang berkait langsung dengan pendidikan, solusi ini dapat dilakukan sesuai dengan faktor
peneyebab permasalahan itu sendiri.
B. Saran
Demikan makalah ini
dibuat, penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini masyarakat menyadari
bahwa pendidikan di Indonesia mengalami banyak masalah sehingga kualitasnya
sangat rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara di dunia. Dengan adanya
makalah ini, penulis juga mengharapkan supaya pemerintah, guru dan masyarakat
mau membantu mencari solusi untuk mangatasi masalah-masalah pendidikan di
indonesia supaya tidak berada di bawah lagi.
Saran dan kritikan dari
pembaca sangat diharapkan oleh penulis, guna untuk mengoreksi
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini, sehingga untuk
kedepanya penulis dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Semoga
makalah ini dapat menjadi bahan atau pedoman untuk di gunakan sebagaimana di
harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu ihsan, manto. Masalah pendidikan di Indonesia
penyebab dan solusinya. April 2011
Drs.
H. Fuad Ihsan,Dasar-dasar
kependidikan,Rineka Cipta,Jakarta,2005
Mudyahardjo,
Redja. 2006. Pengantar pendidikan. Jakarta
: Rajagrafindo Persada.
Pidarta, Prof.
Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Tim Dosen IKIP,Dasar-dasar kependidikan,IKIP Semarang
Press,Semarang,1990,hal 5
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Ivan , Permasalahan
Pendidikan di indonesia
http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/ (Diakses Pada Tanggal : 6 Januari 2015)
Elni
Handayani , Masalah Pendidikan Di Indonesia Dan Solusinya
http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/10/masalah-pendidikan-di-indonesia-dan-solusinya-615212.html (Diakses Pada Tanggal : 6 Januari 2015)
Qonita Nur Hanifah Essay Analisis Artikel Permasalahan Pendidikan Di
Indonesia
http://bahasa.kompasiana.com/2014/08/21/analisis-artikel-permasalahan-pendidikan-di-indonesia-674458.html (Diakses
Pada Tanggal : 6 Januari 2015)
Eddy Wirawan Trunodipo, Masalah Pengertian Dan Hakekat Pendidikan
https://teddywirawan.wordpress.com/2011/12/09/m-a-s-a-l-a-h-pengertian-dan-hakekat/ (Di Akses Pada Tanggal : 6 Januari 2015)
Ichsan
Octama, Masalah-Masalah Pendidikan Di Indonesia
(Diakses Pada Tanggal : 6 Januari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar