Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 20 April 2015

Makalah Masalah Pendidikan di Indonesia


MAKALAH
DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN
MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN SOLUSINYA
RENDAHNYA PRESTASI  BELAJAR PESERTA DIDIK  DI INDONESIA DAN SOLUSI MENGATASINYA 

Dosen Pengampu : Meta Eka Setyana S.Pd.B.,M.Pd
 
  


Disusun oleh :
Asmawati


SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA
(STIAB) JINARAKKHITA
BANDAR LAMPUNG
2015


KATA PENGANTAR

Namo Sanghyang Adi Buddhaya
Namo Buddhaya Bodhisattvaya Mahasattvaya

Terpujilah Sanghyang Adi Buddha Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tri Ratna, serta Boddhisatva-Mahasatva karena berkat pancaran cinta kasih yang tanpa batas serta karma baik yang penyusun miliki, akhirnya penyusun mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentang “Masalah Pendidikan di Indonesia tentang Rendahnya Prestasi Belajar Peseta Didik Di Indonesia ” pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca selalu penyusun terima demi perbaikan dalam penyusunan makalah di kedepannya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terutama mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Jinarakkhita Bandar Lampung.


Bandar Lampung, 10 januari 2015

                                                                        Penulis

  

BAB II
LANDASAN TEORI

Sebelum kita membahas mengenai permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia , sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dengan cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)
Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara singkat pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya.
Hasil dari pendidikan tersebut yang jelas adalah adanya perubahan pada subyek-subyek pendidikan itu sendiri. Katakanlah dengan bahasa yang sederhana demikian, ada perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses pendidikan itu tentu saja tidak sesempit itu. Karena perubahan-perubahan itu menyangkut aspek perkembangan jasmani dan rohani juga.
Setelah kita mengetahui definisi pendidikan yang didalamnya mencakup adanya tujuan dan fungsi pendidikan itu sendiri, kita juga harus mengetahui adanya permasalah-permasalah yang terjadi di Indonesia yang selama ini mempengaruhi proses pendidikan dan menjadi penghambat akan tercapainya tujuan pendidikan yang termaktub  dalam Pembukaan UUD 1945.
Masalah-masalah pendidikan adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri. Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis,  sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Masalah-masalah belajar baik internal maupun eksternal dapat dikaji dari dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya :
1.      Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya
2.      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.
3.      Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan  waktu yang lebih lama  dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

 


BAB III
PEMBAHASAN

A. Masalah Mendasar Pendidikan di Indonesia
Bagi orang-orang yang berkompeten dan teliti  terhadap bidang pendidikan, mereka akan menyadari bahwa dunia pendidikan di Indonesia sampai saat ini belum sepenuhnya mampu dalam upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Dunia pendidikan belum mengalami perubahan yang baik dalam upaya pembangunan negeri untuk yang lebih baik dan maju walaupun sebenarnya Indonesia sudah memiliki sistem pendidikan yang jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain di dunia. Hal  ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia seutuhnya, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu. Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia. Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.
Masalah pertama khususnya di Indonesia adalah bahwa pendidik hanya menuntut siswa untuk mengikuti kurikulum dan pencapaian material pembelajaran tanpa memperhatikan bakat dan pendidikan yang dibutuhkan siswanya. Dikatakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara bakat atau potensi dan kebutuhan peserta didik dengan apa yang mereka dapatkan selama menempuh pendidikan. Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai. Kata “siap pakai” di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh banyak lembaga pendidikan.
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid dipandang sebagai safe deposit box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid dan bila sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa saja yang disampaikan guru.
Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat menindas para murid. Freire mengatakan bahwa dalam pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan apa-apa
Masalah-masalah itulah yang selama ini mendasari permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia, permasalahan yang selama ini membuat rendahnya prestasi peserta didik karena apa yang mereka dapatkan dan mereka miliki dalam dirinya tidak seimbang. Mereka menjalankan kegiatan belajar semata-mata bukan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki dan memperoleh pendidikan sebagai haknya tetapi mereka hanya memenuhi kewajiban sebagai anak bangsa yang harus menjalankan pendidikan dan harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh pihak diluar dirinya.

B.                 Kualitas Pendidikan di Indonesia

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini belum dapat dikatakan baik, dapat dikatakan demikian karena berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu :
- Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal ini, interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
- Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya. Dimana masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.

D.   Rendahnya Prestasi Belajar Peserta Didik Di Indonesia
Dengan mengetahui keadaan masalah yang mendasari terhambatnya tujuan pendidikan yang ada di Indonesia, pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan dan masih berada diposisi rendah. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.

E.     Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Prestasi Belajar Peserta Didik Di Indonesia
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua faktor yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Mudzakir dan Sutrisno (1997) mengemukakan  faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci, yaitu:
a.                  Faktor Internal (Faktor Dari Dalam Diri Manusia)
Faktor ini meliputi:
1. Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
a)     Karena sakit
b)     Karena cacat tubuh/fisik

2. Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani) meliputi:
a)     Intelegensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110 - 140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 ke atas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.
b)     Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nialinya rendah.
c)      Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran.
d)     Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak mengalami kesulitan belajar.
e)     Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.
b.         Faktor Eksternal (Faktor Dari Luar Diri Manusia)
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang, faktor ini meliputi :
1.                  Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang termasuk faktor ini antara lain:
a.     Perhatian Orang Tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainya.
b.   Keadaan Ekonomi Orang Tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.
c.     Hubungan Antara Anggota Keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.

2.    Lingkungan Sekolah
Yang dimaksud sekolah, antara lain :
a      a.  Guru
b           b. Faktor alat
    c.  Kondisi gedung

3.         Faktor mass media dan lingkungan sosial (masyarakat)
a   a) Faktor mass media meliputi ; bioskop, tv, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada di sekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.

b      b)  Lingkungan sosial
Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.
Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.


F.                 Solusi Dalam Mengatasi Rendahnya Prestasi Belajar Peserta Didik Di Indonesia

Setelah mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan masalah  rendahnya prestasi belajar  peserta didik di Indonesia, kita dapat memberikan solusi sesuai dengan faktor penyebabnya. Solusi yang sekiranya mampu untuk membawa perubahan prestasi belajar peserta didik di Indonesia menjadi lebih baik dan mampu menjadi generasi penerus bangsa dalam upaya pembangunan negeri, generasi yang mampu berdaya saing dalam dunia pendidikan internasional dan membawa harum nama baik Indonesia.

Dalam upaya mengatasi masalah-masalah yang terjadi, salah satunya adalah rendahnya prestasi belajar peserta didik di Indonesia, secara garis besar dibagi menjadi dua solusi, yaitu:
a.      Solusi sistimik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pelaksanaan pendidikan.           Sudah diketahui bahwa sistem pelaksaan pendidikan di Indonesia saat ini  masih menggunakan sistem pencapaian material dalam periode pembelajaran. Selain itu banyaknya para peserta didik yang belum diberikan kesempatan dalam upaya mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya, masih banyak peserta didik yang dianggap tidak mengetahui apa-apa oleh para pendidik. Jadi dengan demikian, solusi yang dapat dilakukan adalah pengubahan dengan tidak lagi melaksanakan sistem-sistem pelasanaan yang demikian, karena pada dasarnya pelaksanaan tersebut justru membuat rendahnya prestasi belajar para peserta didik di Indonesia. Sistem-sistem pelaksanaan dapat dilakukan dengan cara melakukan pembinaan dan bimbingan yang mengutamakan kemampuan peserta didik, yakni dpemenuhan kebutuhan pendidikan  yang sesuai dengan potensi aatau bakat yang dimiliki peserta didik.

b.      Solusi teknisi, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan faktor penyebab permasalahan pendidikan. Misalnya untuk menyelesaikan masalah tentang rendahnya prestasi belajar peserta didik di Indonesia.

Adapun solusi teknisi untuk mengatasi hal-hal yang berkaitan langsung dengan masalah pendidikan di Indonesia, diantaranya :
a)       Solusi Teknis Untuk Faktor Internal
-Fisiologis (Sakit/Mempunyai Penyakit Tertentu Dan Cacat Fisik)
Upaya dalam mengatasi masalah rendahnya prestasi belajar yang disebabkan karena peserta didik menderita sakit atau peserta didik yang mengidap penyakit tertentu adalah, peserta didik diberikan suatu bimbingan dan pembinaan dalam  kegiatan belajar secara bertahap dan perlahan  sesuai dengan kemampuan fisik yang dimilikinya. Jangan sampai peserta didik yang menderita penyakit tertentu tersebut dipaksa untuk berpikir secara keras seperti halnya peserta didik yang dalam keadaan sehat. Sedangkan untuk peserta didik yang mengalami cacat fisik, pemerintah memberikan pendidik khusus dan memberikan pembinaan serta perhatian yang intensif dengan  menyediakan lembaga pendidikan khusus (contoh: Sekolah Luar Biasa) untuk menampung aspirasi peserta didik yang menderita cacat fisik guna untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik yang mengalami cacat fisik .

-Psikologis (Intelegensi, Bakat, Minat, Motivasi Kesehatan Mental)
Untuk mengatasi masalah karena faktor internal dan merupakan masalah yang berasal dari psikologis khususnya dalam hal perbedaan intelegensi peserta didik adalah, sebagai pendidik seharusnya memisahkan antara peserta didik yang mempunyai IQ tinggi dan rendah. Artinya dibuat kelas-kelas interval sesuai dengan IQ yang dimiliki peserta didik. Karena jika peserta didik yang berIQ tinggi dan rendah digabungkan maka akan terjadi kesenjangan, hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik keduanya. 
Pendidik selayaknya dalam memberikan pengajaran harus disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Memberikan pengarahan dan pembinaan yang berkesinambungan dan selalu memberikan motivasi positif terhadap peserta didik agar peserta didik selalu mempunyai stimulus penyemangan dalam proses menempuh pendidikan.
Solusi untuk mengatasi peserta didik yang mengalami cacat mental adalah dengan memberikan pendidikan khusus, terapi psikologi dan pembinaan melalui motivasi-motivasi dan dorongan-dorongan yang berguna dalam upaya membangun mental peserta didik untuk menjadi lebih baik.


b)      Solusi Teknis Untuk Faktor Eksternal 
-Lingkungan Keluarga (Kuangnya Perhatian Orang Tua, Keadaan Ekonomi Dan Hubungan Antar Anggota Keluarga)
Upaya untuk mengatasi masalah atau solusi terhadap rendahnya prestasi belajar yang timbul karena faktor eksternal terutama dalam hal kurangnya perhatian dari orang tua dan kurangnya keharmonisan antar anggota keluarga, yakni yang dapat dilakukan adalah sebagai orang tua atau anggota keluarga seharusnya selalu memberikan dukungan penuh terhadap minat dan bakat yang dimiliki anak atau anggota keluarganya  karena dukungan orang tua dan keluarga sangat berpengaruh terhadap pola belajar anaknya, banyak orang dapat berhasil atau sukses karena mereka banyak mendapatkan dorongan penuh dari orang tua dan keluarga. Sedangkan untuk pendidik solusinya dengan memberikan pengarahan pemahaman agar peserta didik tidak merasa putus asa dan tidak menyerah dalam menempuh pendidikan walaupun peserta didik tidak mendapatkan perhatian penuh dari orang tua dan anggota keluarganya. Solusi untuk peserta didik adalah peserta didik harus selalu mempunyai keyakinan semangat yang mandiri dalam upaya pengembangan potensi yang dimilkinya.

Keadaan ekonomi juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, karena banyak peserta didik yang merasa minder karena keadaan ekonomi keluarganya sehingga peserta didik tidak terfokus terhadap proses belajarnya. Untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar karena keadaan ekonomi adalah pendidik memberikan pemahaman bahwa ekonomi bukanlah penetu dari keberhasilan belajar dan belajar keraslah yang harus dikembangan dan. Pemerintah selayaknya selalu membuat program biasiswa prestasi yang sesuai untuk memicu semangat peserta didik dalam menaikkan prestasinya. Sedangkan untuk peserta didik solusinya adalah memanfaatkan beasiswa prestasi yang ada dengan cara belajar keras agar prestasi belajar tidak menurun dan pendidikan tidak terhambat karena keadaan ekonomi keluarga.

-Lingkungan Sekolah (Guru tidak profesional, Sarana Dan Prasarana yang tidak Memadai)
Dalam mengatasi masalah yang berkenaan dengan guru yang tidak profesional, pihak dominan dalam upaya mengatasi masalah atau yang melaksaakan  solusi adalah pemerintah. Adapun solusinya yakni dengan menciptakan guru-guru yang profesional  dan menempatkan guru-guru tersebut kelembaga pendidikan yang sesuai dengan keahliannya. sadangkan mengenai sarana dan prasarana, selayaknya pemerintah mengupayakan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh peserta didik dengan cara memeratakan bantuan terhadap lembaga pendidikan yang sarana dan prasarananya belum memadai. Sedangkan solusi yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik adalah dengan cara mengembangkan kekreatifitasan mereka dalam peningkatan prestasi walaupun dalam keadaan yang belum memadai. Jangan sampai terpaku dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, semangat belajar menjadi tidak maksimal.

-Lingkungan Sosial dan Mass Media  Solusi yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi rendahnya prestasi belajar adalah sebagai seorang yang terpelajar hendaknya melihat ataupun menyaksikan kabar atau berita yang dimuat dalam suatu media massa itu dengan memilih hal-hal positif yang kiranya dapat membawa kemajuan dalam upaya peningkatan prestasi belajar. Sebagai seorang yang terpelajar juga seharusnya mampu memilih ataupun menyesuaikan dengan lingkungannya, mampu memilih dan mengambil hal-hal positif yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan dan jangan sampai terpengaruh dengan hal-hal negatif yang sesungguhnya membawa prestasi belajar peserta didik semakin menurun.
Selain itu, religiusitas dan kebermaknaan hidup secara tidak langsung juga  terkait karena hal itu bisa membuat manusia mengetahui sejauh mana mereka bisa menghargai hidup dan memanfaatkan hidupnya dengan berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran agamanya. Secara tidak langsung agama dapat menjadikan seseorang sadar akan makna hidup dan bagaimana mereka untuk berbuat lebih baik untuk masa depan hidupnya dalam meraih prestasi. Seorang religius adalah individu yang mengerti akan hidup dan kehidupan secara lebih dalam arti lahiriah semata, yang bergerak dari dimensi vertikal kehidupan dan mentransenden hidup ini (Rini Lestari dan Purwati, 2002).



BAB IV
PENUTUP

A.            Kesimpulan

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih banyak mengalami hambatan dalam pelaksanaannya akibat adanya masalah-masalah yang selama ini mendasari permasalah pendidikan yang ada di indonesia. Permasalahan yang mendasari selama ini adalah kurang seimbangnya antara sistem pelaksanaan, pendidikan yang belum sesuai kebutuhan dan hasil yang diperoleh peserta didik karena adanya sistem pelaksanaan pendidikan  yang hanya memenuhi pencapaian material dan bukan pemenuhan kebutuhan yang sebenarnya dibutuhkan peserta didik dalam upaya mengembangkan potensi yang dimilki oleh peserta didik itu sendiri.
Masalah yang mendasari lainnya adalah bahwa peserta didik sering kali dianggap  tidak mengetahui apa-apa  dan dituntut untuk menampung apa yang diberikan tanpa memberikan ruang bebas kepada peserta didik untuk mengembangkan kemapuannya.

Kualitas pendidikan di Indonesia juga masih tergolong rendah karena belum sepenuhnya mampu dalam upaya membangun kualitas pendidikan yang lebih baik.

Faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar peserta didik di Indonesia dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal yang meliputi faktor fisiologi (sakit atau cacat fisik), psikologi (intelegensi/IQ, bakat, minat, motivasi dan kesehatan mental). Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga (perhatian orang tua, keadaan ekonomi orang tua dan hubungan antara anggota keluarga), lingkungan sekolah (kualitas guru, sarana dan prasarana), lingkungan sosial dan mass media.
Dalam upaya mengatasi permasalahan yang selama ini menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar peserta didik di Indonesia, solusi yang dapat dilakukan dibagi menjadi dua. Solusi pertama adalah solusi sistimik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pelaksanaan pendidikan. Sedangkan solusi kedua adalah solusi teknisi, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan, solusi ini dapat dilakukan sesuai dengan faktor peneyebab permasalahan itu sendiri.

B.      Saran
Demikan makalah ini dibuat, penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini masyarakat menyadari bahwa pendidikan di Indonesia mengalami banyak masalah sehingga kualitasnya sangat rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara di dunia. Dengan adanya makalah ini, penulis juga mengharapkan supaya pemerintah, guru dan masyarakat mau membantu mencari solusi untuk mangatasi masalah-masalah pendidikan di indonesia supaya tidak berada di bawah lagi.

Saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis, guna untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini, sehingga untuk kedepanya penulis dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan atau pedoman untuk di gunakan sebagaimana di harapkan.







DAFTAR PUSTAKA

Abu ihsan, manto.  Masalah pendidikan di Indonesia penyebab dan solusinya. April 2011
Drs.  H. Fuad Ihsan,Dasar-dasar kependidikan,Rineka Cipta,Jakarta,2005
Mudyahardjo, Redja.  2006.  Pengantar pendidikan.   Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim Dosen IKIP,Dasar-dasar kependidikan,IKIP Semarang Press,Semarang,1990,hal 5
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang  Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.

Ivan , Permasalahan Pendidikan di indonesia
Elni Handayani , Masalah Pendidikan Di Indonesia Dan Solusinya
Qonita Nur Hanifah Essay Analisis Artikel Permasalahan Pendidikan Di Indonesia
Eddy Wirawan Trunodipo, Masalah Pengertian Dan Hakekat Pendidikan
Ichsan Octama, Masalah-Masalah Pendidikan Di Indonesia
(Diakses Pada Tanggal : 6 Januari 2015)

 





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar