MENYONGSONG HARI RAYA TRI
SUCI WAISAK 2559 BE
STIAB JINARAKKHITA

Kegiatan peringatan Hari Raya Trisuci Waisak pasti semua umat Buddha merayakannya, baik
dengan menyusun acaranya yang penuh dengan pernak-pernik ataupun hanya sekedar
Puja Bhakti Peringatan Hari Raya Tisuci Waisak saja. Begitu pula dengan STIAB
Jinarakkhita, juga membuat kegiatan semacam itu pula. Akan tetapi, dari sekian
banyaknya kegiatan kampus STIAB Jinarakkhita yang diadakan oleh BEM STIAB
Jinarakkhita yang bekerjasama dengan banyak pihak, terutama Yayasan Buddhayana
Vidyalaya, kali ini STIAB Jinarakkhita membuat suatu kegiatan unggulan yang
penuh dengan makna dan berkah, yakni “Menyongsong hari raya tri suci waisak yang
ke 2559 BE, STIAB Jinarakkhita sengaja memperingati Hari Raya Trisuci
Waisak ini sebelum tanggal tersebut tiba, oleh karena itu tema kegiatannyapun
dinamakan menyongsong buka perayaan. Kegiatan yang diadakan pada tanggal 16-17
Mei 2005 ini berlangsung sangat damai dan penuh berkah. Kegiatan ini sengaja
diadakan selama dua hari karena STIAB Jinarakkhita kali membuat peringatan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Hari Pertama, kegiatan dimulai dengan proses pembukaan seperti acara-acara
formal lainnya yang didalamnya terdapat sambutan-sambutan, selanjutnya
melakukan ritual Buddhis Liam Keng, Pai Chan (pertobatan) dan Sangkung. Setelah
makan siang dilanjutkan dengan membaca mantra Ta Pei Chou (pengembangan cinta
kasih kepada semua makhluk) secara berulang-ulang dari pukul 14.00-16.00 WIB
dan dilanjutkan lagi dengan Puja Bhakti Sore. Kemudian, selesai makan malam,
kegiatan Puja bhakti dengan membaca
beberapa paritta, gatha dan sutta suci yang didalamnya terdapat Dhammadesana
yang di Sampaikan oleh Bhikkhu Bhadra Natha. Kegiatan bisa dikatakan ramai,
karena bhaktisala sampai penuh. Hal ini terjadi karena tamu undangan muda/i
dari Vihara Boddhisatva hadir dimalam harinya mengikuti kegiatan tersebut.
Hari
kedua, kegiatan dimulai pukul 08.00 WIB. Kegiatan semakin penuh hikmat karena
dipimpin langsung oleh Guru Spiritula STIAB jinarakkhita yaitu YM. Suhu Nyana
Maitri Mahastavira. Acara diawali dengan
ritual Liam Keng yag dilanjutkan dengan pujian untuk Buddha Sakyamuni dengan
ritual Yi Fo, inilah yang memuat acara ini beda dari peringatan Hari Trisuci
Waisak tahun-tahun sebelumnya. Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati
semua yang hadir melakukan ritual Yi fo (memandikan rupang bayi pangeran
sidharta). Tujuan dari Yi Fo sendiri adalah diambil dari salah satu syair inti
ajaran Buddha yaitu “Sucikan hati dan pikiran”. Dari kalimat tersebutlah ritual
ini dilakukan, sebagai siswa Sang Buddha seharusnya dapat menyucikan hati dan
pikirannya melalui pelaksanaan Jalan Mulia Berusur Delapan (yang dikelompokkan
menjadi Sila, Samadhi Dan Panna). Yi Fo berlangsung selama satu jam, yang
kemudian acara Persembahan Amisha Puja dan Puja Bhakti Peringatan Hari Raya
Trisuci Waisak yang ke 2559 BE, dan penyampain dhammadesana oleh YM. Suhu Nyana
Maitri Mahastavira.
Setelah rangkaian acara dalam Bhaktisala selesai, masih ada kegiatan
yang penuh dengan metta atau cinta kasih, yaitu fangsen satwa. Kegiatan semacam
ini sangat memberikan motivasi dan inspirasi kepada kita semua khususnya
mahasiswa/i STIAB Jinarakkhita. Dimana diajarkan untuk mengembangkan cinta
kasih tanpa batas kepada semua makhluk. Kita semua pasti tidak ingin jika kehidupannya selalu dalam sangkar
atau dikurung yang setiap tindakannya dibatasi oleh pihak lain. Begitupula dengan Satwa atau hewan,
mereka juga membutuhkan ruang kebebasan
untuk menentukan kemana arah yang akan dijalaninya. Sebagai manusia yang
bijaksana dan penuh metta selayaknya kita semua jangan merampas kehidupan
makhluk lain apa lagi sampai menyakitinya atau yang lebih sadis lagi membunuh
makhluk lain. Jangan membatas ruang bebas mereka, mereka juga mempunyai hak
yang sama sebagai makhluk hidup yaitu bebas menentukan arah kehidupanny. Akan
tetapi, yang perlu kita ingat adalah batasilah atau kendalikan pikiran ucapan
dan perbuatan kita untuk tetap ada didalam ajaran Sang Buddha. Batasi perbuatan
kita agar tidak merugikan diri sendiri dan makhluk lain. Selayaknya kita kembangkan
cinta kasih demi kebahagian semua makhluk. Selain itu, Kita perlu menanamkan Hiri dan Ottapa, yaitu
malu berbuaat jahat dan takut akan akibat perbuatan jahat. Dengan menanamkan
prinsip tersebut dalam kehidupan kita dan kita mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, maka mampu Dhamma Pelindung Dunia, sesuai dengan Tema yang
diusungkan oleh Sangha Agung Indonesia akan terwujud. Ketika manusia mampu
berjalan sesuai Dhamma, disitulah sebenarnya ia melindungi dirinya sendiri diri
sendiri tidak pernah merugikan akhluk lain disekitanya, disitulah kedamaian
tercipta dan kita melindungi dunia ini
dengan cinta kasih yang luar biasa. Karena untuk melindungi dunia, dhamma itu
harus dipraktikkan sesuai apa yang telah diajarkan, bukan sekedar teoritis
semata.
HAPPY VESAKH DAY 2559 BE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar